Sejarah dan Kelompok Kerajinan Lokal Kalurahan Muntuk

Administrator 13 Juni 2021 13:52:11 WIB

Pada jaman dahulu, ada keluarga yang dikepalai oleh Ki Honggo Wongso bersama istrinya Nyi Honggo Wongso dan dua anaknya Siti Sendari dan Raden Bagus Kuncung. Keluarga ini menyingkir dari Ibu Kota Mataram dan memilih hidup damai di sekitar Sendang Sinangka yang berada di Pedukuhan Tangkil. Karena terbiasa hidup di ibukota, mereka harus mengolah akal budinya untuk bertahan hidup. Jika ingin bertani, Ki Honggo Wongso tidak memilki kebiasaan bertani, karena keluarga Ki Honggo Wongso di ibu kota dahulu hidup dalam kecukupan sehingga keluarga tersebut kurang memiliki kemampuan bertani. Keluarga tersebut tidak memiliki kebiasaan bekerja di bawah sinar terik matahari, terlebih tanah di sekitar yang mereka tinggali tandus.

Hal tersebut membuat Ki Honggo Wongso memutar otak bagaimana bisa menafkahi keluarganya namun tanpa harus bekerja di bawah sinar terik matahari. Di sisi utara Sendang Sinongko terdapat banyak pohon bambu, maka dari itulah Ki Honggo Wongso membuat alat untuk memeras kelapa dari bambu yang kemudian kita kenal dengan kalo. KALO sesungguhnya berasal dari jarwo dhosol “Akale Lho”.  Dari situlah kemudian Ki Hongo Wongso membuat anyaman dari bambu, di antaranya Kalo, Tambir, Tampah, Kukusan yang menjadi produk utama kerajinan bambu tradisional yang masih terus diproduksi secara turun-temurun hingga saat ini.

Produksi kerajinan bambu yang dilakukan di masyarakat Kalurahan Muntuk adalah proses produksi rumahan. Oleh karena itu, muncul kebiasaan bekerja membuat kerajinan bambu di bawah pohon rindang sekitar rumah. Masyarakat bergerombol bersama-sama menganyam kerajinan bambu yang oleh warga diistilahkan “Nglembur” dan budaya tersebut masih lestari hingga saat ini.

Perkembangan berikutnya sekitar tahun 1980-an seorang yang berasal dari Bali bernama Pak Ketut, menemukan bahwa kerjinan bambu yang dijual di Pasar Imogiri sesungguhnya dibuat di Kalurahan Muntuk khususnya di Padukuhan Tangkil dan Karangasem.  Dari situlah Pak Ketut kemudian memesan berbagai macam bentuk kerajinan model baru,. Segala jenis kerajinan baru yang merupakan karya warga Pedukuhan Tangkil, Pak Saiful Mizan dibeli oleh Pak Ketut tersebut.

Berangkat dari situlah, bentuk-bentuk kerajinan bambu modern terus berkembang hingga saat ini. Tokoh awal dalam inovasi kerjinan bambu  tersebut di antaranya yaitu Judi Samsuri, Mujiyono (Almarhum), Saiful Mizan, Jumiyo, Mukimin (Almrhum), Mardimin, Supardiyono, Pujo Wiyono (Almarhum), dan Sabito. Kemampuan para pengrajin bambu di Pedukuhan Tangkil dan Karangasem tersebut menjadikan tokoh-tokoh seperti Saiful Mizan, Sabito, Pujo Wiyono (Almarhum), dan Supardiyono sering diundang ke berbagai daerah dan acara untuk mengajari menganyam. 

 

Di Kalurahan Muntuk, muncul beberapa kelompok pengrajin bambu. Beberapa kelompok tersebut yaitu sebagai berikut.

  1. Kelompok Pengrajin Bambu Perempuan “Mukti Rahayu”

Upaya perempuan dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga diwujudkan dengan membentuk kelompok pengrajin perempuan. Kelompok Pengrajin Bambu Perempuan “MUKTI RAHAYU” yang ada di Pedukuhan Tangkil diharapkan dapat meningkatkan peran perempuan dalam usaha peningkatan kesejahteraan keluarga secara nyata. Komunikasi antaranggota akan mempererat hubungan sosial di antara anggota, sehingga persoalan-persoalan mengenai peningkatan kejahteraan keluarga dapat dipecahan bersama-sama. Terlebih lagi kerajinan bambu merupakan warisan leluhur yang berasal dari Pedukuhan Tangkil, sehingga perempuan ingin terlibat dalam melestarikan warisan budaya kerajinan bambu tersebut. Susunan Pengurus Kelompok Pengrajin Bambu Perempuan “Mukti Rahayu” yaitu sebagai berikut.

Ketua          : 1. Tumisem

                    2. Wasinah

Sekretaris   : 1. Supriyati

                    2. Halim

Bendahara  : 1. Muslimah

                    2. Maryati

Anggota :

  1. Tuginem
  2. Tugiyem
  3. Wasirah
  4. Nunung
  5. Leginem
  6. Wahmi
  7. Uwoh
  8. Marsiyah
  9. Yuli Aisha
  10. Nisih

 

  1. Kelompok Pengrajin Bambu Perempuan “Mukti Lestari”

Perempuan yang juga keseharian membantu ekonomi keluarga dengan meganyam kerajinan bambu, berkeinginan untuk meningkatkan kesejahteraan bersama dengan cara membuat kelompok pengrajin bambu. Usaha bersama tersebut telah dilakukan oleh ibu-ibu Pedukuhan Tangkil dengan membentuk Kelompok Pengrajin Bambu Perempuan “Mukti Lestari” dan terbukti mampu menjadi penopang ekonomi anggotanya dengan adanya hasil usaha kelompok yang digunakan saat anggota memiliki kebutuhan mendesak. Upaya berkelompok ini diharapkan dapat memberikan ketahanan ekonomi untuk anggota kelompok tersebut, sehingga saat membutuhkan dana mendesak, anggota kelompok tidak terjebak utang rentenir yang terbukti memberatkan. Susunan Pengurus Kelompok Pengrajin Bambu Perempuan “Mukti Lestari” adalah sebagai berikut.

Ketua       :  1. Tri Hapsari

                  2. Samiyem

Sekretaris :  1. Siti Fatimah

                   2.Baniyah

Bendahara : 1. Wakin

                  2. Marsiyem

                  3. Warti

Anggota :

  1. Lastri
  2. Sumarni
  3. Sukarti
  4. Saiyem
  5. Ginem
  6. Novi

Komentar atas Sejarah dan Kelompok Kerajinan Lokal Kalurahan Muntuk

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Komentar
Isikan kode Captcha di atas
 

Website desa ini berbasis Aplikasi Sistem Informasi Desa (SID) Berdaya yang diprakarsai dan dikembangkan oleh Combine Resource Institution sejak 2009 dengan merujuk pada Lisensi SID Berdaya. Isi website ini berada di bawah ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik dan Attribution-NonCommercial-NoDerivatives 4.0 International (CC BY-NC-ND 4.0) License